Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur bekerjasama dengan ISEI Cabang Jakarta telah menyelenggarakan Seminar dan Diskusi dengan tema“Economic Outlook 2014: Kebijakan dan Strategi (Fiskal, Moneter, Perbankan dan Sektor Riil)”, pada hari Senin, 25 November 2013 Pukul 08.00 – 13.00 WIB di Diamond Room – Grand City Mall, Jl. Kusuma Bangsa Surabaya.
Acara seminar ini diawali sambutan Ketua ISEI Cabang Surabaya, Muljanto, SE, MM. Selesai sambutan pembukaan, dilanjutkan dengan keynote speech oleh Dr. Darmin Nasution (Ketua Umum PP-ISEI). Seminar dan Diskusi dengan tema “Economic Outlook 2014: Kebijakan dan Strategi (Fiskal, Moneter, Perbankan dan Sektor Riil)”dimulai pukul 09.30 hingga 13.00, menampilkan empat orang pembicara, yaitu: (1) Dr. Solikin M. Juhro (Direktur Group Riset Ekonomi, Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter, Bank Indonesia); (2) Dr. Soekarwo, SH, M.Hum (Gubernur Jawa Timur); (3) Dr. Rofyanto (Kepala Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI), (4) Arief Afandi (Direktur Utama Wira Jatim Group). Sedangkan yang bertindak sebagai moderator adalah Dr. Wasiaturrahma (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga).
Kegiatan Seminar ini dilatarbelakangi oleh adanya sejumlah fenomena yang berdampak buruk terhadap kondisi ekonomi Indonesia pada paruh kedua tahun 2013. Dari sisi eksternal, krisis ekonomi Eropa yang masih belum kunjung usai dan terjadinya konflik politik di Timur Tengah telah membawa dampak kontraksi terhadap perekonomian global dan berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2013.
Dari sisi internal, ada beberapa fenomena ekonomi di Indonesia yang tidak menggembirakan. Kenaikan harga BBM yang diberlakukan oleh pemerintah pada bulan Juli 2013 telah berdampak menaikkan tingkat inflasi jauh lebih tinggi daripada proyeksi IMF sebesar 6,0%. Selain karena kenaikan harga BBM, tingkat inflasi sepanjang tahun 2013 berpotensi mengalami kenaikan di atas angka tersebut karena terjadinya kenaikan nilai tukar US Dollar terhadap rupiah.
Kenaikan nilai tukar US Dollar terjadi sebagai konsekuensi logis dari terjadinya defisit ganda dalam neraca pembayaran yaitu defisit transaksi berjalan dan transaksi modal. Defisit transaksi berjalan sudah mulai terjadi pada tahun 2012 sebesar US$ 24.074 Juta dan berlanjut pada triwulan 1 2013 sebesar US 5.270 juta. Transaksi modal menunjukkan angka defisit sebesar US$ 1.370 juta pada triwulan 1 2013. Defisit ganda tersebut telah menyebabkan menurunnya cadangan devisa dari US$ 112,8 milyar pada tahun 2012 menjadi US$ 107,7 milyar pada tiruwulan 1 2013 dan menimbulkan tekanan terhadap penurunan nilai tukar rupaih terhadap US Dollar.
Perkembangan yang kurang menggembirakan baik dari sisi eksternal maupun internal tersebut telah membawa dampak negatif terhadap kinerja ekonomi Indonesia dalam tahun 2013. Menteri Keuangan, Dr. M. Chatib Basri menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan melambat menjadi sekitar 5,9%, atau di bawah target dalam APBN-P 2013 sebesar 6,3%.
Penurunan pertumbuhan ekonomi dari target disebabkan adanya perlambatan pada investasi, dimana pertumbuhan produk modal tetap bruto (PMTB) yang semula ditargetkan dapat tumbuh 6,9%, diperkirakan hanya mampu tumbuh 5,3%. Konsumsi pemerintah diperkirakan hanya tumbuh 3,4% dari target 6,7%. Ekspor diperkirakan tumbuh 4,8% dari target 6,6% dan impor hanya tumbuh 1,8% dari target 6,1% dalam APBN-P 2013. Sedangkan konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi penopang pertumbuhan yang diproyeksikan tumbuh 5,1%, naik dibanding target APBN-P 2013 sebesar 5%.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2014 berada di kisaran 6,0-6,4%, atau turun dari proyeksi semula 6,4-6,8%. Sedangkan pada 2013, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,8-6,2%, namun cenderung menuju batas bawah.
Masih adanya risiko pelemahan dalam perekonomian global pada tahun 2014 dan rendahnya daya saing Indonesia yang diindikasikan oleh terjadinya defisit dalam transaksi berjalan dan transaksi modal, memaksa pembuat kebijakan di jajaran pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan yang tepat dalam mengantisipasi permasalahan tersebut, demi mewujudkan perbaikan dalam kinerja ekonomi pada tahun 2014. Bagi pelaku usaha, diperlukan kebijakan dan strategi bisnis yang tepat dalam mengantisipasi fenomena ekonomi tersebut agar dapat tercapai kinerja usaha yang lebih baik dalam tahun 2014.
Di samping fenomena tersebut, Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden akan dilasanakan dalam tahun 2014. Peristiwa politik tersebut akan membawa dampak terhadap perekonomian Indonesia, baik dampak positif maupun dampak negatif. Kesuksesan dalam penyelenggaraan pemilu yang diindikasikan oleh terselenggaranya pemilu dalam suasana damai dan terkendali akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Namun demikian, jika pemilu disertai dengan gejolak politik yang tidak terkendali, maka akan berpengaruh negatif terhadap kinerja ekonomi Indonesia.
Mencermati fenomena tersebut, Ikatan Sarjana Ekonomi Indinesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur bekerjasama dengan ISEI Cabang Jakarta merasa perlu untuk menyelenggarakan Seminar dan Diskusi dengan Tema “Economic Outlook 2014: Kebijakan dan Strategi (Fiskal, Moneter, Perbankan, dan Sektor Riil)”. Sebuah seminar yang mengulas perkembangan ekonomi terutama di bidang Fiskal, Moneter, Perbankan dan Sektor Riil sepanjang tahun 2013, dan prediksi perkembangan ekonomi tahun 2014.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta, yang berasal dari berbagai kalangan, yaitu: institusi pemerintah (Dinas-dinas dan SKPD di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Timur); Pimpinan perusahaan BUMN dan swasta yang ada di Jawa Timur; Perbankan (Bank Jatim, Bank Indonesia, Bank Umum dan BPR di seluruh Jawa Timur); Para pengusaha; Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di Jawa Timur; Asosiasi-asosiasi profesi; dan Pengurus/anggota ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur. Acara seminar ini berakhir dengan makan siang bersama pada pukul 13.00.