Hotel Bumi Surabaya, 7 – 9 Oktober 2015
PENDAHULUAN
Krisis besar Asia satu setengah dasawarsa yang lalu telah memicu perubahan konfigurasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perubahan paling besar terjadi pada sektor penggerak perekonomian. Sektor industri manufaktur tidak mampu pulih kembali pada peran yang didudukinya semula. Alih alih menjadi motor penggerak, peran sektor ini praktis selalu berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Berarti perannya di dalam perekonomian justru turun terus. Jika ditilik sedikit lebih jauh segera tampak bahwa Indonesia kehilangan daya saing pada bidang-bidang andalan sebelumnya, seperti industri padat karya. Sementara keunggulan pada kegiatan lain semisal merebut posisi dalam value-chain regional, atau memasuki kegiatan industri yang lebih tinggi tingkatannya, tidak memenuhi syarat dan landasan yang dibutuhkan. Kekurangan dimaksud terutama karena keterbelakangan dari mutu modal manusia, pembangunan prasarana fisik dan energi, dan pelbagai kelembagaan khususnya dalam bidang ekonomi dan hukum.
Sebagai negara yang kaya sumberdaya alam, ekonomi Indonesia paska krisis secara berangsur bergerak kearah ini. Berbagai kegiatan eksploitasi dan ekspor hasil minerba maupun perkebunan merebak terutama di daerah luar Jawa. Pada saat yang bersamaan memang terjadi suatu super siklus permintaan dan harga-harga komodti tersebut di pasar dunia. Di pihak lain, Indonesia sejak semula dikenal sebagai masyarakat yang kecenderungan konsumsinya tinggi. Artinya lebih tinggi dari kecenderungan konsumsi masyarakat di negara sekitar. Kemudian pelaksanaan otonomi daerah sejak 2001 semakin mengukuhkan tingkat konsumsi masyarakat yang sudah tinggi tersebut. Gabungan dinamika konsumsi masyarakat dan ekspor terbentuk menjadi pijakan utama pertumbuhan ekonomi nasional. Tentu saja sampai tingkat tertentu berkembang pula industri barang konsumsi, terutama di pulau Jawa, memanfaatkan dinamika yang ada. Untuk itu investasi asing juga datang mengingat resesi ekonomi yang terjadi di belahan dunia lain. Namun pada dasarnya hasilnya ditujukan ke dalam negeri. Model pertumbuhan paska krisis tersebut semula melahirkan rangkaian pertumbuhan yang relatif stabil, sekalipun tetap lebih rendah dari masa sebelumnya. Alasan utama capaian tersebut karena peran konsumsi masyarakat yang relatif stabil sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan.
Setidaknya kinerja yang demikian dapat dipertahankan sampai salah satu dari kedua pilar mulai melemah. Sayangnya masa bulan madu yang memang memanjakan tidak berlangsung lama. Ekonomi negara-negara majupun tidak pula pulih, bahkan disusul dengan perlambatan di negara-negara emerging termasuk India dan Cina. Super siklus komoditi sumber daya alam mulai hilang sejak kuartal akhir tahun 2011, yang pada gilirannya memaksa ekspor Indonesia merosot. Fenomena ini di satu pihak tentu mengurangi dukungan pada pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di lain pihak penurunan ekspor yang terjadi dengan cepat, membuat defisit Transaksi Berjalan dalam Negara Pembayaran meningkat dengan cepat pula. Perlu dicatat bahwa peningkatan defisit Transakasi Berjalan tidak hanya disebabkan oleh ekspor yang merosot. Terdapat dua faktor lagi yang bergabung menempatkan ekonomi Indonesia dalam posisi sulit. Kedua faktor dimaksud adalah kebijakan BBM dan minimya industri penghasil bahan baku/setengah jadi maupun barang modal nasional.
Belum pulihnya perkembangan sektor industri manufaktur pertama-tama membuat pertumbuhan ekonomi tidak optimal. Sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia paska krisis Asia tidak pernah mencapai 7%, jauh lebih rendah dari puncak pertumbuhan di masa sebelumnya yang mampu mencapai 9%. Pertumbuhan sektor manufaktur yang rendah juga tidak mendukung peningkatan dan pendalaman struktur industri. Dalam hal ini perkembangan industri penghasil bahan baku/setengah jadi, apalagi barang modal tetap lemah. Keadaan ini merupakan sebab lain dari lonjakan defisit Transaksi Berjalan seperti disinggung sebelumnya. Hal penting lain sehubungan dengan tidak pulihnya pertumbuhan sektor manufaktur adalah lambatnya proses transformasi struktural di dalam perekonomian. Landasan utama perubahan struktural adalah perkembangan sektor manufaktur. Bagaimanapun juga sektor ini merupakan pilar utama bagi perkembangan, penyerapan angkatan kerja, dan peningkatan produktifitas secara bersama-sama. Menghadapi penurunan ekspor beberapa tahun terakhir mendorong Pemerintahan yang lalu berupaya menggerakkan pengolahan hasil tambang minerba dan perkebunan. Kebijakan tersebut bertepatan dengan berlakunya UU tentang Minerba pada awal 2014. Sayangnya kelemahan infrastruktur fisik dan ekonomi dunia yang belum pulih membuat upaya ini tidak berhasil sebagaimana diinginkan.
Menyadari betapa pentingnya menggerakkan kembali industri manufaktur mendukung pertumbuhan dan transformasi ekonomi nasional, mendorong (Pengurus Pusat) PP-ISEI melaksanakan rangkaian seminar dan diskusi tentang tema ini. Pembahasan topik ini semakin relevan dan tepat waktu karena Pemerintahan baru sedang memasuki tahun pertama mandatnya. Untuk melihat secara lebih mendalam “strategi industri” yang tepat dan reformasi seperti apa yang perlu ditempuh, PP-ISEI mengadakan Seminar Nasional dalam rangka Kongres ISEI XIX di Surabaya, dengan mengusung tema: “Menghidupkan Kembali Sektor Industri sebagai Penggerak Ekonomi Nasional”. Melalui kegiatan ini diharapkan muncul berbagai pemikiran segar sebagai bahan masukan untuk pembangunan industri dalam rangka pembangunan nasional. Mengingat situasi ekonomi nasional yang sedang berada dakam lingkungan ekonomi dunia yang belum sehat, maka perubahan orientasi kebijakan tentu seyogianya dikaitkan dengan kerangka kebijakan moneter dan fiskal. Selain perlu rumusan yang mendukung strategi revitalisasi sektor industri, penting pula menyembuhkan kelemahan yang terjadi pada ekonomi skala makro.
Untuk tujuan itu, PP ISEI akan mengundang akademisi, birokrasi, dan praktisi untuk berkontribusi dalam penulisan paper ilmiah yang mengacu pada tiga sub tema utama, yaitu :
1. Strategi dan Kebijakan Akselerasi Industri Manufaktur;
2. Dukungan Kebijakan Fiskal dan Moneter mendukung akselerasi sektor industri yang berdaya saing;
3. Strategi pengembangan infrastruktur, SDM dan R&D dalam menghidupkan sektor industri yang berdaya saing;
Selain call for papers, PP ISEI juga akan melakukan kegiatan penelitian terbatas (small research) yang diharapkan dapat melibatkan peran serta anggota ISEI daerah merumuskan rekomendasi konstruktif bagi pengembangan sektor industri lokal, yakni :
1. ISEI Medan: “Menggerakkan Industri berbasis minyak sawit Sumatera Utara”
2. ISEI Palembang: “Memperkuat Industri songket Sumatera Selatan”
3. ISEI Jember: “Mengembangkan Industri Kakao Kota Jember”
4. ISEI Banjarmasin: Mengembangkan Pusat Industri Perikanan Kota Baru-Kalimantan Selatan”
5. ISEI Kendari: “Membangun Industri Pengolahan Nikel Sulawesi Tenggara”
JADWAL ACARA
Rabu, 7 Oktober 2015
08.00 – 18.30 Pendaftaran Peserta Kongres di HOTEL BUMI SURABAYA
10.00 – 12.00 PRA-SEMINAR bertempat di GRAND CITY SURABAYA:
“Keterkaitan Antar Daerah Dalam Pembangunan Industri”
Pembukaan oleh Dr. Aviliani, Sekretaris Umum PP-ISEI
Panelist:
1.Dr. (HC). Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum – Gubernur Jawa Timur
2.Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro – Guru Besar FEB UGM
3.Dr. Haryo Aswi Cahyono – CSIS
4.Prof. Dr. Ir. Tresna Priyana Soemardi – Komisioner KPPU
5.Julia Tijaja, Ph.D – The ASEAN Secretariat
Moderator: Yusman Syaukat, Ph.D – Dekan FEM IPB
12.00 – 13.30 Makan Siang bertempat di GRAND CITY
14.00 – 18.00 Kembali ke Hotel BUMI
18.00 – 18.30 Menuju GRAND CITY SURABAYA
18.30 – 19.30 Makan Malam di Ballroom GRAND CITY SURABAYA
Paduan Suara Mahasiswa Ekonomi se-Surabaya menuju panggung
19.30 – 19.35 Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Pembacaan Doa
19.35 – 19.45 Laporan Ketua Panitia Pelaksana Pusat Prof. Dr. Edy Suandi Hamid
19.45 – 19.55 Sambutan Ketua Umum PP-ISEI Dr. Darmin Nasution
19.55 – 20.05 Sambutan Pembukaan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum
20.05 – 20.35 Pertunjukkan Kesenian Madura Kolaborasi
20.35 – 21.00 Pidato dan Pembukaan Seminar Nasional & Kongres ISEI XIX oleh Presiden RI
21.00 – 22.00 Ramah Tamah
22.00 – 22.30 Kembali ke HOTEL BUMI SURABAYA
Kamis, 8 Oktober 2015
08.00 – 08.30 Registrasi di HOTEL BUMI SURABAYA
08.30 – 09.00 Paparan Implikasi Kebijakan Small Research oleh Prof. Dr. Hermanto Siregar
09.00 – 10.30 Plenary Session I: “STRATEGI AKSELERASI SEKTOR INDUSTRI”
- Menteri Perindustrian: “Cetak Biru Kebijakan Industri Nasional”
- Chairul Tanjung – Chairman CT Corp: “Keberlanjutan Hilirisasi Sumber Daya Alam”
- Prof. Dr. Mari Elka Pangestu – CSIS: “Aspek Perdagangan dan
Value Chain Industri Manufaktur” - Moderator : Prof. Dr. Ari Kuncoro (Dekan FEB UI)
10.30 – 11.00 Diskusi dan Tanya Jawab
11.00 – 12.30 Plenary Session II: “DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM AKSELERASI SEKTOR INDUSTRI
YANG BERDAYA SAING”
- Gubernur Bank Indonesia: “Kebijakan Moneter dan Sektor Keuangan yang Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing”
- Menteri Keuangan: “Kebijakan Fiskal yang Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing”
- Hariyadi B. Sukamdani – Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, APINDO: “Bauran Kebijakan untuk Mendukung Daya Saing Sektor Industri”
- Moderator : M. Edhi Purnawan, PhD (Wakil Dekan FEB UGM)
12.30 – 13.00 Diskusi dan Tanya Jawab
13.00 – 14.00 Makan Siang
14.00 – 16.30 Parallel Session (A, B, & C): Pemenang Call for Papers
MALAM BUDAYA JAWA TIMUR
18.00 – 18.30 Menuju Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jawa Timur, Surabaya
18.30 – 19.30 Makan Malam
19.30 – 19.40 Sambutan Kepala Daerah
19.40 – 19.50 Sambutan Kepala Perwakilan Bank Indonesia
19.50 – 20.20 Dinner Talk
Prof. Dr. Hal Hill – Professor of Southeast Asian Economies ANU.
“Development of Indonesian Manufacturing: Prospects and Challenges”
20.20 – 21.00 Ramah Tamah dan Pagelaran Kesenian Surabaya
21.00 – 21.15 Menuju HOTEL BUMI SURABAYA
RAPAT PENGURUS PUSAT DAN PENGURUS CABANG
21.30 – Selesai 1. Penentuan Lokasi Sidang Pleno XVIII
2. Pertanggung jawaban Pengurus Pusat ISEI Masa Bakti 2012 – 2015
3. Pemilihan Ketua Umum ISEI Masa Bakti 2015 – 2018
4. Sambutan Ketua Umum ISEI Terpilih
Jum’at, 9 Oktober 2015
08.30 – 10.00 Plenary Session III : “PENGEMBANGAN SDM DAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM
AKSELERASI SEKTOR INDUSTRI”
- Menristek Dikti: “Pengembangan Mutu Modal Manusia, Kelembagaan dan Inovasi”
- Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc – Rektor IPB: “Pengembangan, Aplikasi Riset dan Alih Teknologi untuk Akselerasi Sektor Industri”
- Franky O. Widjaja – CEO Agribisnis & Food Sinarmas: “Implementasi Teknologi untuk Akselerasi Sektor Industri”
- Moderator : Prof. Dr. Teguh Sudarto (ISEI Surabaya)
10.00 – 10.30 Diskusi Dan Tanya Jawab
10.30 – 10.45 Perumusan Hasil Kongres ISEI XIX
10.45 – 11.00 Pidato Penutupan oleh Ketua Umum PP-ISEI terpilih
11.00 – 14.00 Makan Siang dan Sholat Jum’at
14.00 – 15.00 Konferensi Pers
Informasi Hubungi :
Sekretariat Panitia Daerah Seminar Nasional dan Kongres ISEI XIX
d/a Sekretariat ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
Jl. M.H. Thamrin No. 12 Surabaya
Telp. (031)5683021, 082894034998, 082894035001, Fax (031) 5676475.
Email: iseisurabaya@gmail.com. Website: www.iseisby.or.id
Contact Person:
Soni Harsono : 081553426007
Bambang Budiarto : 08123596087
Dwiarko Nugrohoseno : 08123021922
Nurira Mayasari : 08563350468
Budiono : 081330547672