ISEI SURABAYA KOORDINATOR JAWA TIMUR

ISEI SURABAYA

IKATAN SARJANA EKONOMI INDONESIA CABANG SURABAYA

SEMINAR NASIONAL DENGAN TEMA “ECONOMIC OUTLOOK 2018 : KEBIJAKAN DAN STRATEGI (FISKAL, MONETER, PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL di ERA EKONOMI DIGITAL)”

Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur bekerjasama dengan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menyelenggarakan Seminar Nasional “Economic Outlook 2018: Kebijakan dan Strategi (Moneter, Fiskal, Perbankan dan Sektor Riil di Era Ekonomi Digital)”, pada hari Rabu, 10 Januari 2018  Jam 08.00 – 13.00 WIB di Ballroom Isyana, Hotel Bumi Surabaya, Jl. Basuki Rachmat 106-128 Surabaya.

Acara seminar ini diawali oleh sambutan Ketua ISEI Cabang Surabaya, Dr. Eko Purwanto, SE, M.Si dan sambutan Ketua Umum PP-ISEI, Prof. Dr. Muliaman D Hadad yang sekaligus membuka acara seminar. Selesai sambutan pembukaan, dilanjutkan dengan Keynote speech oleh Dr. Soekarwo, SH, M.Hum (Gubernur Jawa Timur) dengan tema: “Ekonomi Jatim di Era Ekonomi Digital”.

 

Setelah keynote speech, dilanjutkan  Seminar Nasional dengan tema “Economic Outlook 2018: Kebijakan dan Strategi (Moneter, Fiskal, Perbankan dan Sektor Riil, di Era Ekonomi Digital)” yang menampilkan tiga orang pembicara yaitu: (1) Prof. Dr. Muliaman D Hadad (Ketua Umum PP ISEI), (2) Prof.Dr. Ari Kuncoro, S.E., M.A (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia), (3) Anton Harimawanto (Pelaku e-commercee BY REQUEST Invitation Surabaya). Sedangkan  yang bertindak sebagai moderator adalah Suyanto, SE, M.Ec. Dev., Ph.D (Dekan Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya).

Seminar nasional ini memiliki beberapa tujuan sbb: (1) Memberikan gambaran riil kepada peserta tentang ulasan perkembangan ekonomi dan bisnis di bidang fiskal, moneter, perbankan, sektor riil dan ekonomi digital di Indonesia sepanjang tahun 2017; (2) Memberikan gambaran kepada peserta tentang kebijakan, strategi, dan prediksi ekonomi dan bisnis di bidang fiskal, moneter, perbankan, sektor riil dan ekonomi digital sepanjang tahun 2018; (3) Sarana bagi peserta dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian anggaran dan menyusun rencana dan strategi bisnis pada tahun 2018.

Kegiatan seminar ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan sector ekonomi digital, yang akan memiliki peran semakin besar dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan industri e-commerce  semakin pesat di tengah terjadinya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data analisis Ernst & Young memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Terdapat sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia, yang sangat menunjang perkembangan e-commerce. Para pengguna internet dan telepon pintar tidak hanya menggunakan perangkat tersebut untuk mencari informasi dan chatting, tetapi juga memanfaatkannya untuk e-commerce  terutama bagi kalangan masyarakat di kota-kota besar, yang telah menjadikan internet dan e-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Perilaku konsumtif dari puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadi alasan mengapa e-commerce di Indonesia akan terus berkembang pada masa mendatang. (https://kominfo.go.id).

Perkembangan ekonomi digital juga akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan UKM di Indonesia, mengingngat pelaku bisnis e-commerce di tanah air merupakan pelaku bisnis berskala kecil dan menengah (UKM). Pengalaman menunjukkan bahwa UKM memiliki daya tahan terhadap krisis baik krisis ekonomi tahun 1997/1998 maupun krisis keuangan global tahun 2008/2009. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi digital juga punya dampak yang positif bagi ketahanan ekonomi nasional. 

Di balik prospek perkembangan yang bagus, ekonomi digital di Indonesia menghadapi beberapa permasalahan yang dapat menghambat potensi pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ada enam permasalahan, yaitu pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, logistik, serta edukasi dan sumber daya manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut harus dicarikan solusinya secara bersama-sama antar lembaga terkait agar menghasilkan kebijakan yang komprehensif dan sinkron. Lembaga tersebut tersebut antara lain Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Koperasi dan UKM, Pos Indonesia, ASPERINDO, IdEA, dan lain-lain. (https://kominfo.go.id).

Tidak hanya itu, pemerintah juga merumuskan prinsip-prinsip utama dalam mengembangkan e-commerce lewat aksi afirmatif. Lima prinsip tersebut, antara lain seluruh warga Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses serta menjadi pelaku e-commerce, seluruh warga Indonesia memiliki ilmu dan pengetahuan agar dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk perekonomian, meminimalisir hilangnya lapangan pekerjaan saat era transisi menuju perekonomian digital, implementasi perangkat hukum dan kebijakan harus mendukung keamanan e-commerce yang mencakup technology neutrality, transparansi dan konsistensi internasional, dan utamanya pelaku bisnis e-commerce lokal terutama pelaku bisnis pemula dan UKM harus mendapatkan perlindungan yang layak serta menjadi prioritas utama.

Selain memberikan stimulus kepada para pelaku bisnis e-commerce mulai dari level pemula, UKM, hingga established business, pemerintah juga harus didukung oleh masyarakat, pihak swasta, media, maupun organisasi non-profit untuk mendorong e-commerce melalui sebuah gerakan (kampanye) nasional. Indonesia harus belajar dari Tiongkok yang sudah meluncurkan Five Year Plan for the Development of e- Commerce pada tahun 2011. Dalam waktu tiga tahun, volume transaksi bisnis e-commerce Tiongkok sudah mencapai 10,1 persen dari total penjualan ritel dengan angka mencapai USD 426. 

Indonesia memiliki modal yang besar untuk menjadi negara dengan industri e-commerce terkemuka di masa depan. Selain memiliki sumber daya manusia yang tak kalah bagus, pasar lokal juga menjadi potensi besar untuk pengembangan e-commerce. Pada akhir tahun 2015, nilai bisnis e-commerce tanah air mencapai sekitar USD 18 miliar. Pada tahun 2020, volume bisnis e-commerce di Indonesia diprediksi akan mencapai USD 130 miliar dengan angka pertumbuhan per tahun sekitar 50 persen. (https://kominfo.go.id)

Pemerintah Indonesia ingin menempatkan Indonesia sebagai negara Digital Economy terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Pemerintah menargetkan dapat menciptakan 1.000 technopreneurs baru pada tahun 2020 dengan nilai bisnis mencapai USD 10 miliar. Saat ini banyak pelaku bisnis e-commerce pemula baik perdagangan online maupun start-up digital dengan ide-ide segar dan inovatif yang kurang memiliki akses atau pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya. Untuk itu, pemerintah akan mendorong tumbuhnya technopreneurs baru, baik dengan menggandeng mentor-mentor technopreneurs terkemuka, data center, technopark, serta memberikan pendanaan. Sedangkan bagi pelaku bisnis UKM diharapkan mampu naik tingkat menjadi pelaku usaha besar, bahkan menggurita hingga internasional.

Dalam rangka membahas perkembangan sector ekonomi digital, serta potensi tantangan dan dampak yang akan ditimbulkan terhadap dinamika ekonomi nasional, telah diselenggarakan The Indonesia Digital Economy Summit 2017  pada tanggal 25-27 Oktober 2017 di Jakarta. Penyelenggaraan konferensi ini dilaksanakan pada waktu yang tepat bersamaan dengan semakin banyaknya inovasi digital di Indonesia, dan lahirnya E-Commerce Roadmap yang resmi dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk melahirkan 1.000 New tech Start-ups. Indonesia berkomitmen untuk menjadi negara terbesar di ASEAN dalam bidang Digital Ekonomi pada 2020 dengan meyakini bahwa kedaulatan cyber dilihat sebagai faktor kunci untuk mendapatkan target tersebut. (http://www.itech.id).

 

Mencermati hal tersebut, Ikatan Sarjana Ekonomi Indinesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur menyelenggarakan Seminar Nasional dengan Tema “Economic Outlook 2018: Kebijakan dan Strategi (Fiskal, Moneter, Perbankan dan Sektor Riil di Era Ekonomi Digital)”. Sebuah seminar yang mengulas perkembangan ekonomi terutama di bidang Moneter, Fiskal, Perbankan dan Sektor Riil, di Era Ekonomi Digital sepanjang tahun 2017, dan prediksinya tahun 2018.

Acara seminar ini dihadiri oleh sekitar 300 orang peserta, yang berasal dari  berbagai kalangan, yaitu: institusi pemerintah (Dinas-dinas dan OPD di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Timur); Pimpinan perusahaan BUMN dan swasta yang ada di Jawa Timur; Perbankan (Bank Jatim, Bank Indonesia, dan Bank Umum di seluruh Jawa Timur); Para pengusaha; Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di Jawa Timur; Asosiasi-asosiasi profesi; dan Pengurus/anggota ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur.  Acara seminar ini berakhir dengan makan siang bersama pada pukul 12.30.

 

BERITA TERKINI